Kos-Kosan

Buatku kata "Kos-Kosan", bukan hal yang asing lagi. Gimana gak akrab, sejak periode tahun 1994 - 2002 selalu menyandang predikat menjadi anak kos. Awalnya ngekos merupakan suatu keterpaksaan, karena harus merantau-jauh dari kampung halaman untuk melanjutkan sekolah di kota hujan ini - seminggu pertama tiap pagi jemur bantal, basah, kebanyakan nangis....home sick- of course. Tahun pertama tiap 3 bulan sekali pulang kampung, tahun-tahun berikutnya sudah males pulang. Keenakan jadi anak kos - bebas....lepas...he.he..he..

Sebagai tipe pembosan, menjadi hal yang lumrah tiap tahun angkut -angkut barang kayak pengungsi - pindah kos dong.....Paling lama kos disatu tempat 2 tahun, tidak pernah lebih dari itu. Menjadi kesenangan tersendiri nyari kos-kosan kesana kemari.

Kini aku aktif cari kos-kosan lagi, buat adek yang mau pindah ke Bogor. Excited??? Tentu saja..sekalian pengen napak tilas en bernostalgia dengan masa muda ..(sekarang kan STW- setengah tuwa). Yah....kali-kali aja ada bekas ibu kos yang masih mengenali bekas anak kosnya yang dulu langsing, padat berisi berubah menjadi Ibu -ibu yang gendut.

Di Suatu Akhir Pekan

Hari minggu pagi, pasukan pencari kos sudah siap bertempur (Aku, Alya en si Mira -mbaknya Alya). Setelah merayu papanya Alya, supaya minjemin kendaraannya, kumulai hunting kos. Aku bertugas jadi supir, si Mira lah yang bertugas keluar masuk tempat kos. Si Mira pun sudah di brief..Kuajarin apa aja yang mesti dia tanyain dan sekaligus mencatat alamat en no. telp. kos tsb di buku . Beberapa tempat kos sudah dimasuki oleh Mira ...Hasilnya..Nihil, tak satupun tempat kos kosong dan buku yang ditenteng-tenteng Mira pun masih bersih.

" Lho MIr..kamu gak nanya no. telpnya??"

" Pada gak mau ngasih no. telp. bu??"

" Ah masak sih...??...pelit banget gak mau ngasih no. telp ."

Apa tampang si Mira gak dipercaya ya??? dipikirnya mau minta sumbangan kali..he..he..he..nasib-nasib.

Akhir Pekan Selanjutnya

Rencananya hari itu melanjutkan nyari tempat kos tetapi didaerah yang berbeda dengan minggu lalu. Aku bertekad, kayaknya mesti aku sendiri yang keluar masuk tempat kos . Hari itu kurayu bapaknya Alya, untung beliau berbelas kasihan dg istrinya yg lg bunting ini. Hmm...ternyata tak banyak yang berubah dengan tempat-tempat kos disini. Suasananya masih hampir sama seperti belasan tahun yang lalu, hanya para penghuninya yang sudah banyak berubah.

Satu per satu kudatangi rumah kos tersebut, ternyata bukan hal yang mudah hunting kos-kosan dengan kondisi perut membuncit dan tangan kanan menggandeng seorang anak balita.

"Maaf bu, kita nerimanya hanya mahasiswa saja"

"Disini tidak menerima yang berkeluarga bu" sambil memandangi ku, perut buncitku dan Alya silih berganti

"Maaf penuh bu,....gak ada yang kosong"

Masih beruntung kadang ada yang bertanya terlebih dulu, "Buat siapa bu?"

Papa Alya sampai tertawa terbahak-bahak sewaktu mendengar ceritaku dicurigai oleh penjaga/pemilik kos. Akhirnya hari itupun kami lalui tanpa membuahkan hasil yang memuaskan - kebanyakan tempat kos sudah terisi, ah jaman sudah berubah, perasaan dulu mencari kos tidak lah sesulit ini.

Satu-satunya yang menjadi hiburan hanyalah siang itu kita menyempatkan diri duduk di bangku kayu sambil minum teh botol dingin dan makan kacang goreng diwarung dibawah pohon rindang disebrang kos-kosanku jaman dulu.

"Kita dulu sering duduk-duduk disini ya pap....Hm..jadi inget jaman dulu, eh sudah berapa tahun yang lalu ya pap?"

"Hampir 10 tahun yang lalu aku sering duduk disini paling sebentar satu jam - nungguin pacar. Pacarku dulu kalo janjian kan suka ngaret, sampe pegel nungguinnya"

Hmmm....Siang itu semilir angin menyapu wajah kami - mengusir teriknya siang itu, kusandarkan kepalaku di bahunya , dia pun mempererat genggaman tangannya sambil bergumam, " Sekarang kita duduk disini tidak berdua lagi ya Mam ". Tatapan kami pun beralih memandangi putri semata wayang kami yang sedang asik mengunyah kacang goreng dan sebentar-bentar menyeruput teh botol dinginnya. Sesekali berceloteh dengan suara riangnya

"Enak banget niy kacangnya ....aku mau lagi dong mam".