Wednesday, November 18, 2009

Puisi


Alya mendapat tugas untuk membuat puisi, menuliskannya dikertas HVS dan menghiasnya. Saya yakin Alya belum paham betul apa itu puisi, meskipun sewaktu di TK Alya beberapakali membaca puisi didepan kelas. Dan saya pun terlewat mengenalkan puisi lebih dini ke Alya. Mungkin project selanjutnya, pelan pelan akan mengajak alya untuk menikmati karya sastra satu ini dengan cara lebih sering membacakan puisi buat Alya.




Dan sampai semalem Alya masih belum mampu membuat puisi satupun, saya kelimpungan, kalo untuk sekedar membuat puisi asal asalan saja sih saya juga bisa. Jadi semalem saya sibuk membuat puisi. Berkali kali saya mencoba membuat puisi dengan gaya bahasa sesederhana mungkin, semirip mungkin dg gaya bahasa anak anak. Tapi tetap saja gagal. Ini dia puisi yg mampu saya buat yang sebisa mungkin bisa dimengerti anak anak.

Rumahku Syurgaku

Semburat Matahari pagi
Menyinari kuncup kuncup bungaku ditaman
Mengeringkan tetes embun didedaunan
Dan burung-burung pun berkicau riuh rendah
Ditaman depan rumahku
Yang selalu kurindu


Di rumah ini .....
Tempat ayah ibu hangat memelukku
Tempat aku dibuai dan dihujani rindu
Serta penuh dengan canda jenaka adekku yang lucu
Sungguh aku merindukan semua itu
Rumahku adalah Syurgaku.............

Bogor 17 Nopember 2009

Tadi pagi berkali kali Alya gagal menyadur puisi ini dalam gaya bahasa anak anak, sementara harus dikumpulkan pagi ini, saya pun turun tangan lagi. Ho..ho..ho...ternyata buat saya tidak mudah membuat puisi dalam gaya bahasa yg dimengerti anak anak. Alya memperhatikan saya kebingungan dan mati ide, dia menyelutuk


"Mama ini gimana sih, mama kan bisa kreatif bikin tumpeng yang bagus bagus, masak bikin puisi aja gak bisa"

Gubrakkkssss.....alya...kamu kritis sekali. Gaya bicaranya itu lho kok bisa bisanya dia mengamati bahwa membuat tumpeng ini butuh kreativitas.......hmm saya tidak realize kalo ternyata Alya sudah mulai dewasa jalan pemikirannya.

1 comment:

Catatan Sang Dewi said...

wah emang gak terasa kakak tambah gede