Setiap memasuki bulan ini saya selalu teringat kenangan lebih dari 20 tahun yang lalu yang masih membekas sampai puasa kali ini juga. Saat itu saya baru kelas 4 SD dan baru pada umur itu saya betul-betul punya tekad untuk berpuasa satu hari penuh.
Seperti adat kebiasaan dikeluarga kami, seringkali kita melakukan sahur beramai ramai. Kebetulan rumah pakdhe dan sanak saudara kami berdekatan. Saat itu kami para anak-anak (saya dan sepupu - sepupu saya ) akan makan sahur dirumah Dadhe ( kakaknya bapak saya ). Kami dibangunkan jam 2 pagi untuk makan sahur dimana sebelumnya dituntun untuk membaca niat berpuasa oleh Dadhe (sebutan salah satu budhe kami). Setelah itu baru kami beramai ramai makan sahur dan kemudian meneruskan tidur.
Keesokan paginya kami pulang kerumah masing-masing, mandi pagi dan mulai bermain-main. Seingat saya, dulu sekolah diliburkan selama bulan puasa - 1 bulan penuh. Saat jam 8 pagi perut saya mulai keroncongan , rupanya cacing-cacing dalam perut saya mulai minta dikasih jatah . Karena niatnya berpuasa, saat itu cuma ditahan-tahan. Kok makin lama, si cacing-cacing semakin keras protesnya....perut saya sakit banget. Ternyata, sepupu-sepupu saya juga mengalami hal yang sama. Dan...akhirnya jam 10 pagi kita sukses berbuka puasa - makan sepiring penuh......
Malam harinya kami akan makan sahur bersama lagi, tetapi hari itu kami akan makan sahur dirumah nenek kami. Seperti hari sebelumnya kami dibangunkan untuk makan sahur, saat itu kita disuruh bangun sekitar jam 4, saya ingat karena saat itu kita disuruh makan cepet-cepat keburu imsyak dan sama seperti malam sebelumnya , saat itu kami juga dituntun untuk membaca niat berpuasa, kali ini dituntun oleh nenek. Kami sudah pesimis, besok jam 10 akan berbuka puasa lagi.
Tetapi Anehnya hari itu kami kuat untuk berpuasa sampai maghrib. Saat itu kita bersorak kegirangan, sukses berpuasa. Akhirnya terjadilaah kasak - kusuk diantara kami anak-anak kecil ini, kami mengambil kesimpulan bahwa doa (niat berpuasa) yg diajarkan Dadhe (sebutan budhe= tante= bibi) tidak manjur, dan yang lebih manjur adalah doa (niat berpuasa) yg diajarkan oleh nenek kami.......dan sejak saat itu kami mengira bahwa nenek kami adalah orang sakti... (dukun kaleee....)
Dan akhirnya sejak saat itu kami semua sepakat tidak mau lagi untuk sahur ditempat Dadhe/ budhe dan lebih sering dilakukan dirumah nenek kami , sampai akhirnya tradisi makan sahur bersama hilang dengan sendirinya dan tidak kami lakukan lagi.
Hmmm...setelah saya beranjak dewasa , saya seringkali tersenyum simpul sendiri mengingat hal itu. Mengapa pada saat itu kita mengambil kesimpulan bahwa doa dari Dadhe tidak manjur...... Padahal penjelasan yang logis adalah pada saat makan sahur dirumah Dadhe, jam makan sahurnya terlalu malam sedangkan dirumah nenek makan sahurnya sudah menjelang imsyak. Ya..pantes saja kita tahan untuk berpuasa sehari penuh pada saat makan sahur dirumah nenek. Saat itu yang ada dalam pikiran saya puasa adalah tidak makan dan minum dari
Ya begitulah dunia anak-anak, buat anak-anak puasa adalah menahan lapar dan haus. Setelah maghrib dan mulai berbuka puasa, anak-anak dengan gembiranya akan memuaskan nafsu makan dan minum bahkan cenderung berlebih-lebihan.
Apakah puasa kita masih sama seperti puasanya anak-anak?? apakah betul makna puasa itu hanya untuk menahan nafsu syahwat, lapar dan haus?? sudah bisakah kita memaknai puasa yang sebenarnya??. Mudah-mudahan kita menjadi golongan orang-orang yang berpuasa dengan tujuan untuk mencapai ketakqwaan dihadapan Allah SWT. Amien ya robbal alamin.
Alhamdulillah tahun ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bertemu dengan bulan yang suci dan penuh cahaya, bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Marilah kita berlomba-lomba untuk melatih diri kita untuk menambah amal dan ibadah kita di bulan penuh keistimewaan ini.
Marhaban ya Ramadhan..
Semoga ridho Allah selalu menyertai langkah kita untuk mensucikan diri lahir dan batin
Selamat Menunaikan Ibadah PUasa
Mohon Maaf Lahir dan Batin