Tuesday, May 29, 2007

Bukan Basa-Basi

Beberapa hari ini, udara di Bogor terasa agak panas. Jadi akhir-akhir ini saya paling demen menikmati udara malem hari diteras depan. Kok teras depan sih?? iya untuk bisa merasakan semilir angin saya hanya bisa memanfaatkan teras depan rumah , karena saking mungilnya rumah saya tidak punya beranda samping ataupun teras belakang. Begitu pula tadi malam, saya leyeh-leyeh diteras depan ditemani celoteh riang Alya yang sibuk menceritakan pengalaman dia hari ini , sementara suami lagi sibuk nyiremin bunga-bunga yang seharian kehausan belum kesentuh Air.

Tak berapa lama kemudian , terlihat Om en tante sebelah rumah dateng, sepulang kerja. Om en Tante Johan, nama itu yang akrab kami sapa. Setelah saling bersapa ria, Tante Johan berkata sambil merogoh kantung belanjaannya, " oiya...ini ada nih kue buat Alya, tadi tante mampir ke Toko kue trus inget Alya". Secara otomatis mama menyahut, " Ah tidak usah repot-repot tante, gak usah tante, Alya udah kenyang. Terimakasih".
Tanpa diduga Alya dengan bersungut-sungut berteriak kencang, " Ih...mama kenapa sih, kan aku mau kuenya". Duh, mama malu banget, sementara si Tante Johan hanya tersenyum-senyum sambil memanggil Alya dan mengulurkan kue untuk Alya sambil berkata , " Ah gak papa kok bu, ini memang buat Alya kok". Terimakasih ya Tante. Reaksi Alya sungguh tidak saya duga dan tanpa basa-basi, sungguh suatu reaksi spontan yang keluar dari keinginan Alya, dan sempat membuat wajah mama bersemu merah menahan malu.

Iya...satu hal yang selama ini saya tidak menyadari, saya belum pernah mengajari Alya untuk berbasi-basi. Eh tapi ngomong-ngomong kalau toh saya ajari sekarang apakah si 4 tahun akan mengerti arti dari basa-basi, kalau tidak sekarang kapan waktu yang tepat mengenalkan basa-basi ini? . Trus kira-kira manfaat apa yang bisa dipetik dari pelajaran "basa-basi" ini ya? Apakah basa-basi berkorelasi positip dengan sopan santun buat anak-anak?

Thursday, May 24, 2007

Cerita yang tersisa..........

Seneng banget rasanya dikunjungi oleh orang tua kita, bukannya harusnya kebalik yah?? Kita yang seharusnya rajin mengunjungi orang tua kita. Mungkin kedua orang tua saya bosen , kedua anaknya yang tinggal di Bogor jarang pulang kecuali lebaran, dengan beribu alasan dari alasan tidak mendapat ijin cuti , gak dapet tiket pulang sampai alasan anak sakit.


Orang tua saya masih seperti orang dari kampung pada umumnya, buat mereka akan melegakan sekali kalau mereka kerumah anaknya dengan membawa berbagai perbekalan. Perbekalan yang wajib dan tidak boleh lupa adalah "WAJIB MEMBAWA BERAS". Mau dicela orang , mau diketawain orang , meskipun sudah kita larang karena berat, pokoknya ibu tidak akan surut kemauannya untuk membawa beras dengan beribu alasan. Bayangin aja, masak tega lihat orang tua bawa beras 50 Kg ke Bogor dengan naek bis malam....Konon kabarnya, Ibu saya merasa tidak tenang apabila mendapati persediaan beras tinggal sedikit dirumah anaknya. Ya gimana dong ya...saya lebih suka beli beras sedikit-sedikit tp baru terus, lagian rumah saya yng kecil mungil itu tidak mempunyai gudang penyimpanan, lah kalo mesti beli beras 2 karung..mau disimpen dimana, apa malah gak bulukan??..trus yang makan ya siapa gitu lhoh. Hmm apa tidak lebih baik dikasih mentahnya aja Buk..he.he..he.


Ya begitulah, dengan perbekalan yang sangat lengkap, Beras, telur asin, abon sapi, keripik tempe, kerupuk kulit kerbau, mangga harum manis + manalagi hasil panen kebun sendiri (inget ama ibu hamil katanya), tapai ketan , berkaleng kaleng kue kering, Egg Roll kesukaan Alya, wis pokoknya muacem-macem, they're coming. Wuih maknya Alya seneng banget, lumpat-lumpat. Terus kalo ternyata ada makanan yang kita suka banget en jadi rebutan, ibu akan ngomel " makanya kalo aku mau bawa-bawa jangan dilarang-larang...tau gitu kan aku bawain banyak banyak".


Tapi yang lebih seneng lagi maknya Alya, dimanjain banget dengan makanan. Tiap hari dengan taste masakannya ala Tulungagung Tercintah....dulu sewaktu hamil Alya saya ngidam Sayur Lodeh ala Ibu saya yang super pedas gak kesampean, sampai sampai Alya umur setahun masih ngecesss (mitos or beneran yak??)...hamil kali ini hampir tiap hari saya dimasakin sayur lodeh ala ibu yang super duper pedas en uenakkkkkkkkkkkk tenan (sampai sekarang masih kebayang deh rasanya & mudah -mudahan adekknya alya tidak ngeces), cumi dimasak pake cabe, udang digoreng pake tepung ala ibu, cap caynya yang nagih banget , Ayam Kampung ditim ala Ibu , rawon, tongseng jogja yang super pedas dan tak ketinggalan ikan nila berkuah santen merah en super duper pedes (kalo di jawa namanya sambal goreng). Wuih...saya yang biasanya pusing en bingung mau makan apa saking mualnya....selama ada ibu disini, tiap hari saya berseri-seri , makan tanpa hambatan sama sekali, tanpa mual. Meski tiap pagi masih muntah dengan rajin. Ah next time kalo hamil lagi , selama 4 bulan pertama mau ngungsi aja ah ketempat ibu di Tulungagung.


Ada pisang tanduk nganggur dibuat pisang goreng, keliatan kacang ijo dibuat kolak kacang ijo, ada nanas nganggur - dikupas dipotong dikasih garam, dimasukin lemari es...biasanya : wuih..sampe busuk juga dibiarin aja. Wis pokoknya saya hidup makmur selama sepuluh hari tersebut. Tidak demikian dengan suami saya, pecinta masakan sunda sejati sangat tersiksa dengan keadaan ini, no sambal, no lalap ditambah sayur sayuran yang super duper pedas.....(maaf ya pah....biasanya istrimu ini yang tersiksa selama 13 tahun merantau di Bogor, lidahnya mesti menyesuaiakan diri dengan masakan ala Bogor).


Tiap kali makan, kata-kata pujian akan lezatnya makanan berhamburan dari mulut saya. Sampai - sampai ibu saya risih mendengarnya..." Ah , awakmu ae sing kangen karo masakane mboke", terjemahan bebasnya, " Kamu aja yang sebenarnya kangen sama masakan ibu, bukannya masakan ibu yang enak". Meskipun berkali-kali saya minta resep dari ibu dan saya praktekkan, rasanya still different with masakan ibu saya. Ah jadi pengen makan sayur lodeh made in Ibu .........

Tuesday, May 22, 2007

Kasih sayang ala Mbah Uti & Mbah Kakung

Pernah mendengar anggapan bahwa kasih sayang seorang kakek -nenek terhadap cucunya pada umumnya cenderung tercetus dalam bentuk memanjakan cucunya. Apa iya? . Yang pasti ini yang betul-betul saya alami sewaktu bapak dan Ibu saya berkunjung ke Bogor minggu kemaren.

Semua aturan yang saya terapkan untuk Alya, bagi kedua orang tua saya dianggap sebagai suatu bentuk pengekangan. Mereka beranggapan bahwa Alya masih kecil, mengapa mesti diterapkan aturan yang terlalu "ketat" . Mengapa mesti diterapkan pengenalan disiplin, mengapa mesti ini - itu mesti dibatasin. Dan menurut persepsi mereka, semua aturan tersebut akan hanyalah akan membuat Alya tersiksa dan terkungkung. "Aku dulu membesarkan kamu dan adikmu gak pake begitu, buktinya baik-baik aja ........bla..bla..bla"

Keleluasaan sebebas bebasnya dan tanpa batas merupakan ekspresi dari kasih sayang mereka, mandi pagi jam 10 siang, makan yang dilakukan sambil bermain, tidak menghabiskan sayurannya, snack yang dimakan tidak pada waktunya, jam tidur malam yang acak-acakan , apapun keinginan Alya pasti akan dikabulkan dan diamini oleh mbah Uti dan mbah Kung.

Tidak ada gunanya menjelaskan kepada mereka akan pentingnya disiplin dan mengenalkan adanya aturan kepada anak balita, persepsi mereka aturan baru akan ada setelah anak mulai dewasa. It's too late kata saya, no way kata mereka karena saat ini mereka belum mengerti. Sekali lagi , hanya akan menjadi debat kusir yang tiada ujungnya. Lebih baik diam dan berusaha menjalankan aturan sebisanya dan tidak memprotes "the way how they love their grand children".

Dan terakhir yang menjadi keinginan dan sedikit pemaksaan adalah, "Lebih baik Alya disekolahken di Tulungagung saja, disana sekolah sudah bagus-bagus, banyak sekolah islam terpadu tinggal milih, TPA juga deket rumah, tempat les juga banyak, ada les bahasa inggris, ada les musik , les piano, disana sekarang sudah maju..bla..bla..bla...."

"Matur suwun, bapak - Ibu atas niat baiknya dan sudah sayang sekali kepada Alya , saya percaya di Tulungagung pasti sudah sangat maju, tapi menurut hemat kami bagaimanapun juga secara emosional Alya lebih baik tinggal berdekatan dengan orang tuanya, karena ikatan emosinysa pasti lebih dekat dengan kami sebagai orang tuanya. Bagaimana kalo bulan depan pada saat liburan semester, Alya dan si mbak akan saya kirim ke Tulungagung dan tinggal bersama Mbah Kung dan Mbah Uti selama sebulan selama liburan sekolah.

Alya sangat terkesan dengan 10 hari bersama mbah Uti en Mbah Kung, gembira sekali keliatannya. Begitupula kami , dimana side efeknya bersusah payah lagi mentrained Alya untuk mulai disiplin dengan aturan yang sudah ada.

Yah...bentuk kasih sayang antara Orang Tua dan Anak berbeda sekali dengan bentuk kasih sayang antara Kakek-Nenek dengan cucunya. Saat ini seorang kakek-nenek bukan masa-masanya mendidik , tetapi lebih ke arah "memanjakan" cucu. Itulah tanda cinta seorang kakek nenek kepada cucunya, Ah jadi teringat setiap kali saya dimarahi oleh orang tua saya dulu , saya selalu berlindung kepada Alm. Nenek & Alm. Kakek saya. Acapkali mereka berdebat hebat gara-gara berbeda pendapat tentang bagaimana mendidik saya dan adik saya waktu itu.

Liburan sekolah hampir tiba, saat-saat yang ditunggu dengan tidak sabar oleh Alya, Mbah Kung & Mbah Utinya.

Tuesday, May 8, 2007

PR dari Bundanya Zebby

Pe er dari Jeng Gege - Bundanya Zebby yang cantik , cerdas en kriwul..(Zebby nya lho ya...catat!). Sorry ya Jeng , saya bener-bener gak enak ati, Pe Ernya baru bisa komplit sekarang, maklum aja processornya masih pake Pentium I belum Intel Core Duo.

Tips memiliki anak supercerdas
(menurut narasumber- dikutip dari Nova- Edisi??)
Menurut pertemuan para ahli, orang tua yang memiliki anak-anak supercerdas berkata :

1. Saya Senantiasa menjawab semua pertanyaan anak saya dengan sesabar dan sejujur mungkin
Alya : Ma, Allah itu wajahnya seperti apa ?
Mama : (Sambil agak bingung jawabnya) Mama juga belum pernah liat wajah Allah kak, nanti kalau kita sudah meninggal dan insyaallah masuk surga kita akan ketemu Allah, nah kita baru tahu Allah itu seperti apa? Makanya kita harus sayang sama Allah ya kak, rajin doa dan sholat.
Alya : Nanti kalo aku ama mama meninggalnya gak bareng, kita gak bisa ketemu disurga dong
Mama : speechless

2. Saya bersikap toleran menghadapi kamar yang berantakan, jika ia belum menyelesaikan pekerjaannya
Alya : Bukan cuma kamar, setiap bermain akan menumpahkan Container tempat mainannya bonekanya ke Lantai ruang tamu yang merangkap ruang keluarga (maklum rumahnya kuecil)
Mama : Alya...kalau sudah selesai maen tolong dong maenannya dimasukin, biar uang tamunya rapi. Hasilnya : kadang mau bantuin beresin maenan , kadang kadang ditinggal begitu saja.

3. Saya memberikan ia ruang atau sebagian dari ruang spesial buat dia
Alya : Ma aku mau ajak si pink bear, rabbit, lala ama Pho tidur ya ma....dia kan lagi sakit, maunya tidurnya ama aku
Mama : Wah kalau mereka diajak tidur sama kita, nanti mama papa gak kebagian tempat tidur dong?? gimana kalo pink bear aja yang diajak....... (sambil pasrah)

4. Saya mencintai dia bukan untuk keberhasilannya, tetapi karena dia adalah dia
Alya : Kami rajin memberikan Alya buku gambar, crayon, pensil warna dsb, tetapi tetap saja tembok rumah selalu menjadi sasaran Alya untuk mencoret-coret, dan Alya jarang sekali berhasil menyelesaikan pekerjaan mewarnainya dengan baik dengan alasan utama "capek".
Mama : Kakak capek ya mewarnai...ya udah nanti diterusin lagi ya kalo kakak udah gak capek? Mama sayang banget sama kakak.

5. Saya memberikan dia tanggungjawab yang bisa dikerjakannya
Alya : Ma..aku mau bantuin mama beresin tempat tidur ya Ma, trus nanti aku yang buka gordennya ya...
Mama : Iya sayang...makasih ya nak..Alya anak yang baik deh..mau bantuin mamanya.

6. Saya menolong dia, agar dia dapat mengambil keputusan dan rencananya sendiri
Mama : Hari ini kakak mau makan apa? Lauknya Ayam goreng atau Udang goreng ? trus sayurnya bayem atau sayur sop? Nanti dibuatin tempe tepung mau juga ya?
Alya : Iya aku maunya tempe tepung aja ama sayur bayem ya ma
Mama : geleng-geleng kepala

7. Saya bawa dia ke tempat-tempat yang menarik
Alya : Pada saat wiken paling sering kami ajak ke tempat wisata Alam yang tidak terlalu jauh dari kota Bogor(sering kami ajak menikmati pemandangn alam di daerah Puncak, Gunung Mas, Bukit Pelangi -Sentul, Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Lereng Gunung Salak, Berbagai Nursery Anggrek, Kebun Bunga) tapi tak lupa kadang ke Mall dan juga Toko Buku, pernah juga ke museum Zoology.

8. Saya ajarkan dia bagaimana caranya memperbaiki hal yang tidak dapat dikerjakannya.
Alya : Alya paling susah untuk membuka T-shirtnya
Mama : Begini kak caranya, tangan kanan kakak diangkat keatas trus kaosnya ditarik dikeluarin dari tangan kakak, trus gantian tangan kiri diangkat keatas trs kaosnya ditarik dikeluarin dari tangan kakak, setelah itu baru deh kaosnya dikeluarin dari leher.

9. Saya bacakan secara teratur buku atau majalah
Alya : Rutinitas setiap menjelang tidur siang dan tidur malam adalah membaca buku favourite Alya : Serial Franklin, Serial Tini, Ira-Ari dan Pandu Menjelajah at least 2 books or more/session.
Mama : Franklin sudah bisa membuka kancing bajunya sendiri, membuka talis sepatunya sendiri.....bla..bla..bla..Finish. Udah ya kak 1 aja bacanya..mama udah ngantuk.
10. Sejak dini saya latih dia membaca
Alya : A-L-Y-A = Alya, M-A-M-A = mama, B-A-B-I = babi, M-B-A-K = babi
Mama : I'm not worry about it, Menurut saya pribadi tidak semua anak siap membaca di usia 4 tahun , saya percaya usia rata-rata yang tepat untuk belajar membaca adalah usia 7 tahun.

11. Saya tidak pernah membandingkan dia secara buruk dengan orang lain
Alya tidak terlalu berani apabila berada disuatu lingkungan/keramaian yang benar-benar baru atau asing, lebih cenderung untuk minta ditemani. Padahal senangsekali rasanya melihat anak-anak kecil yang spontan berani memisahkan diri dari pengasuh atau orangtuanya meskipun disuatu lingkungan yang baru.
Alya : Ma...aku mau maen perosotan yang melingkar-lingkar itu, ayo ma kesitu, aku maunya sama mama.
Mama : Kakak boleh kok pergi sendiri, mama liatin dari sini aja.
Seringkali dia bersikap seperti itu disuatu tempat yang baru . I Love her just the way she is, meskipun seringkali saya memotivasi untuk menjadi lebih pemberani.

12. Saya berikan dia kesempatan ikut menentukan acara liburan
Alya : Besok mama - papa libur gak?? (Kalo jawabannya iya) Besok kita ke Taman Kencana ya Ma, trus kita ke Mall baru , kita ke toko buku , maen di Time Zone trus abis itu Mama ajak aku Belanja Buah deh ...( Maksudnya Botani Square, dimana disitu ada Gramedia, Time Zone en Giant)
Mama : garuk-garuk kepala (inget stok buah dikulkas masih numpuk).

13. Saya tidak pernah mempermalukan atau meledek dia untuk kesalahannya
Pernah sewaktu Alya umur 3.5 (udah gak pernah ngompol sama sekali), kita pergi ke Botani Square, dan berkali-kali ditawarin pipis di toilet mall gak mau (Alya cenderung gak nyaman kalo toiletnya kurang bersih).
Alya : Ma...aku pipis dicelana (sewaktu ditempat parkir), sambil mukanya merah karena menahan malu
Mama : Ya udah..gak papa ya sayang, Alya basah-basah sampe rumah gak papa kan??

14. Saya biarkan dia bermain dengan berbagai tipe orang tanpa memandang latar belakang ras-nya
Saya sendiri berasal dari suku Jawa sedangkan suami saya dari suku Sunda, dan kita tinggal di daerah yang mayoritas penduduknya Sunda. Tetangga depan rumah saya adalah suku Batak dan samping rumah saya persis adalah Chinese, dan sebelahnya lagi Ambon, setiap hari saya dan anak saya berinteraksi dengan baik dengan mereka. Meskipun kalau kita tanya Alya orang apa? Dengan spontan dia akan menjawab "aku orang Sunda". Kebetulan Alya baru bisa membedakan orang dari suku Jawa Sunda, Batak hanya dari logat bahasanya.

Dari seluruh pertanyaan yang ada apakah dapat anda penuhi semua?

Dengan segala hormat, PR ini kulemparkan lagi Ke Jeng Rien, Bunda Shazma en Bunda KeyAl, monggo diterima ya Mom.

Friday, May 4, 2007

Belajar Dari Alam

Ditulis Oleh : Dani Ibrahim


Banyak sekali pelajaran yang diberikan alam kepad kita jika kita memberikan sedikit waktu untuk melakukan perenungan. Alam adalah makhluk allah yang diciptakan untuk mengabdi pada manusia. Alam memberikan pelajaran kepada kita dengan bekerja tanpa banyak komentar apalagi interupsi.

Seperti matahari yang memberikan kasih sayangnya dengan merata kepada planet-planet sehingga terjaga keseimbangan diantara planet untuk terus mengorbit pada bidang edarnya. Meskipun berfungsi sebagai sentral pada tata surya kita, matahari berlaku sangat bijak dengan setia untuk terbit dipagi hari dan tenggelam disore hari. Dia tahu bahwa ada sang bulang yang sedang ingin menampakkan cahayanya.

Matahari tidak pernah merasa iri terhadap bulan yang kelihatan cantik karena cahayanya yang terang dimalam yang gelap. Padahal dia tahu cahayanya itu hanya make up. Bijaknya matahari tidak lantas mengurangi cahaya kepada bulan bahwa sang bulan hanya meminjam cahayanya.

Kita juga dapat belajar dari samudera yang setia dan ikhlas menerima anak-anaknya pulang. Setelah terbujuk rayuan sang awan untuk pergi meninggalkan rumahnya dan ditumpahkan ditempat yang ditentukan. Anak-anak air kembali menuju ibunya. Dalam perjalanan mereka kadang terpengaruh oleh perubahan jaman dan membawa berbagai penyakit. Samudera ikhlas menerima hal tersebut. Karena kecintaannya samudera menjadikan dirinya asin untuk menjadi penawar bagi penyakit anak-anaknya.

Keikhlasan untuk memberi tanpa mengharapkan apa-apa adalah pelajaran berharga dari alam.

Tuesday, May 1, 2007

Sebuah Renungan : Kesetaraan Gender

Ditulis Oleh : Dani Ibrahim

Tadi pagi waktu berangkat ke kantor saya bicara dengan teman satu kendaraan mengenai keluarga. Dia menanyakan nggak nambah anak lagi pak? saya jawab, kayaknya cukup 2 saja, memangnya kenapa? Kan belum ada anak laki-laki (kebetulan anak saya dua-duanya perempuan). Terus terang saya cukup sering ditanya dengan pertanyaan yang sama seperti itu, akan tetapi karena keluar dari mulut teman itu, saya sangat kaget. Tidak menyangka dia akan bertanya seperti itu.

Saya jawab bahwa anak laki-laki dan perempuan itu sama saja, dia menjawab jelas beda. Dari pembagian waris saja sudah berbeda ini menunjukkan bahwa memang Tuhan membuat perbedaan terhadap 2 jenis kelamin tersebut. Saya tambah kaget lagi, keliatannya dia mempunyai pemahaman sangat mendasar atas pertanyaan diatas.

Yang saya tahu Allah menciptakan dan melihat manusia tidak berdasarkan dari jenis kelamin. "Aku tidak membedakan kamu diantara yang lain kecuali taqwanya", itulah kira-kira salah satu terjemahan bebas dari Ayat Al Qur'an. Saya melihat bagaimana pemahaman akan kemanusiaan dan segi-segi sosial lainnya masih dikuasai oleh dunianya laki-laki (maskulin). Begitu juga dengan tafsir-tafsir akan kehidupan sosial sangat dikuasai oleh para ulama yang nota bene banyak dikuasai oleh kamum laki-laki.

Kita bisa melihat bagimana kaum perempuan terpojok kesudut-sudut rumah dan sangat terkekang oleh aturan-aturan yang mengatas namakan keagamaan. Kita bisa melihat bagaimana nasib para kaum perempuan di Afganistan yang begitu tidak leluasa untuk mengekspresikan dirinya meskipun untuk kebutuhan yang sangat mendasar, yaitu pendidikan.

Jelas ada pembeda antara laki-laki dan perempuan, perbedaan itu bukan untuk membedakan akan tetapi untuk saling dan melengkapi diantara keduanya. Perbedaan itu bukan untuk mengikat atau mengurung para perempuan kemudian menempatkannya didunia yang sempit dan tidak berkembang.

Saya jadi ingat saat-saat sebelum rasulullah lahir di Mekkah. Para jahiliyah begitu malu mempunyai anak perempuan dan begitu tega untuk menguburnya. Rasulullah sendiri tidak memiliki anak laki-laki yang hidup sampai dewasa (anak laki-laki beliau- Ibrahim - meninggal tidak lama setelah dilahirkan). Laki-laki dan perempuan sama saja oleh karena itu mari kita bergandengan untuk salin gmengembangkan diri dan mengkatualisasikan diri kita ke posisi yang paling tinggi dimata Allah tanpa melihat berjenis kelamin apa kita.